Kehidupan keras yang dialami Foster Friess membuat dia menjadi sosok yang tangguh. Dia dilahirkan tahun 1940 di Rice Lake, Wisconsin pada sebuah keluarga sederhana. Ayahnya adalah seorang pedagang hewan dengan pendidikan SMA. Sementara ibunya drop-out saat kelas VIII untuk memetik kapas di ladang pertanian keluarga untuk menyelamatkan keluarga dari kebangkrutan.
Setelah memperoleh gelar Administrasi Bisnis dari Universitas Wisconsin, Foster bukannya langsung bekerja di bidangnya. Dia malah menjadi tentara. Saat itu, dia dilatih untuk menjadi pemimpin peleton infanteri dan menjabat sebagai perwira intelijen di First Guided Missile Brigade, Fort Bliss, Texas.
Pada tahun 1962 Foster menikah dengan Lynnette Estes. Dari perkawinannya itu, Foster dianungerahi dua putra dan dua anak perempuan. Di tahun 1964, Foster mulai menggunakan keahliannya untuk berkarir di bidang investasi pada Keluarga Brittingham, pemilik perusahaan sekuritas NYSE di Wilmington, Delaware. Saat itu, Friess menempati jabatan sebagai Direktur Riset.
Tak puas hanya bekerja dengan orang lain, Foster mulai membangun perusahaan manajemen investasi sendiri, Friess Associates. Perusahaan itu dibangunannya bersama istrinya pada 1974.Sukses datang perlahan-lahan mulai mendatangi Foster. Pada tahun 2001, perusahaannya tumbuh dengan aset lebih dari U$ 15.7 miliar (aset di bawah manajemen). Bahkan, Forbes menempatkan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan top dekade 1990-an dengan keuntungan rata-rata 20 persen per tahun.
Tahun 2001, Friess Associates mencari mitra untuk membagi kepemilikan perusahaan tersebut. AMG menjadi pemegang saham mayoritas Friess Associates pada Oktober 2001 dengan kepemilikan sebesar 70 persen. Sebanyak, 20 persen dipegang oleh rekan-rekan Friess, termasuk manajemen senior dan peneliti yang dulu turut membangun perusahaan tersebut. Keluarga Friess saat ini memiliki 10 persen kepemilikan saham Friess Associates.
Kunci Sukses Foster Fries:
1. Dapatkan kepercayaan dengan memberi kepercayaan.
2. Bertanggung jawab atas tindakan Anda.
3. Dapatkan fakta sebelum membuat keputusan.
4. Berbuatlah lebih.
5. Memprioritaskan produktifitas.
6. Memantau kecakapan.
7. Sedapat mungkin menghindari pertemuan.
8. Mengembangkan semangat tim dengan melayani orang lain.
9. Menekankan berpikir positif.