“99% karir saya adalah kegagalan dan 1% sisanya adalah keberhasilan”- Soichiro Honda
Siapa tak kenal nama besar Honda? Perusahaan skala besar asal negeri Matahari Terbit ini telah akrab di telinga masyarakat pada umumnya.
Namun, tahukah Anda dari mana nama “Honda” itu berasal? Nama perusahaan ini sebenarnya diambil dari nama belakang pendirinya, Soichiro Honda (1906-1990). Ia lahir di Iwata, Shizuoka dalam sebuah keluarga yang miskin tetapi penuh disiplin.
Berkat didikan ayah ibunya yang keras, Honda kecil tumbuh menjadi anak yang suka belajar terutama mengenai mesin. Keingintahuannya terhadap dunia mesin sangat besar.
Masa remaja dan dewasa awalnya tidak secerah dugaan orang. Pada usia 15 tahun, Honda bekerja di sebuah bengkel mesin. Dan menginjak usia 30 tahun, Honda baru bisa mengumumkan paten pertamanya yang berupa jari-jari ban motor berbahan logam. Umur 32, Honda bersusah payah masuk universitas tetapi akhirnya harus didepak karena tidak pernah hadir dalam perkuliahan kecuali mata kuliah yang paling menarik hatinya, permesinan. Tahun 1945, pecah Perang Dunia II dan pabriknya yang mulai maju luluh lantak akibat pemboman. Tiga tahun setelah itu, Honda menciptakan sepeda motor “Dream” yang bertenaga 98cc. Toh ia masih saja belum bisa menangguk untung.
Baru saat mencapai usia separuh abad (52 tahun), nasib Honda mulai bersinar. Ia diajak kerjasama dengan rekannya membuat sepeda motor baru yang lebih sempurna dari “Dream”. Sepeda motor produksi mereka sangat digemari pasar. Empat tahun kemudian, Honda mendirikan pabrik mobilnya.
Jika dicermati kita bisa simpulkan ada 4 faktor penentu keberhasilan Soichiro Honda semasa hidupnya:
1. Keyakinan bahwa kegagalan akhirnya membawa seseorang menuju keberhasilan
Meskipun sebagian besar usaha kita gagal, keyakinan untuk mencapai kesuksesan tidak boleh luntur. Memiliki passion yang kuat (dalam kasus Honda ialah minatnya yang besar terhadap mesin) akan sangat membantu.
2. Keterbatasan modal jangan dijadikan alasan untuk berdiam diri
Meski modal seadanya, Honda tidak putus asa. Ia gunakan gajinya untuk melakukan penelitian kecil-kecilan mengenai roda dan mesin sepeda motor.
3. Gunakan pengetahuan dan ketrampilan yang ada
Honda memanfaatkan pengetahuan teknologi permesinan yang telah ia tekuni sejak kecil demi membuat sepeda motor yang hemat bahan bakar dan penggunaannya tahan lama.
4. Jangan lupa bangun jejaring
Pengetahuan teknis saja belum cukup. Honda berpikir bahwa ia masih membutuhkan mitra kerja yang lebih berpengalaman dan lebih ahli dalam dunia bisnis dan marketing yang bisa ia ajak dalam usaha menjual produknya.
Siap terapkan 4 faktor tersebut dalam kehidupan Anda?